Sejarah pengamatan Meteorologi dan Geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Selanjutnya, pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada tahun 1930.
Pada tahun 1960 didirikanlah stasiun pengamatan cuaca di pulau Sumba yang berlokasi di Kampung Sabu dan di tahun 1962 berpindah lokasi ke Jl. Adi Sucipto No.1 Mau Hau, Kecamatan Kambera dengan nama Stasiun Meteorologi Waingapu. Sejak tahun 1964, Stasiun Meteorologi Waingapu secara rutin melakukan kegiatan pengamatan meteorologi untuk pelayanan cuaca penerbangan. Kemudian pada tahun 1975, di lokasi yang sama dilakukan juga pengamatan kegempaan di pulau Sumba sehingga di tahun tersebut stasiun meteorologi dipindahkan ke dalam wilayah Bandar Udara Mau Hau – Waingapu dan sejak saat itu berubah nama menjadi Stasiun Meteorologi Mau Hau – Waingapu. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika No. 15 Tahun 2014 berganti nama menjadi Stasiun Meteorologi Umbu Mehang Kunda hingga sekarang.
Riwayat Kepala Stasiun
1. Belum beroperasi (1960-1962) |
2. Julius Lapelani (1962-1986) |
3. I Gusti Putu Gede Sukane (1986-1997) |
4. Yosep Luis (1997-2008) |
5. Markus Mbele (2008-2012) |
6. Agustinus Tjatur (2012-2013) |
7. Elias Lambertus Limahelu (2013-2021) |
8. Carles Alexander Tari (2022-Sekarang) |